Friday, November 30, 2007

bab 3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan folklor modern yang holistik, dalam arti pada waktu menganalisis akan dikaitkan dengan latar belakang atau konteks kebudayaan folklor yang bersangkutan. Oleh karena itu hasil penelitian bersifat emik yang dilihat dari sudut folk yang menjadi objek penelitian (Danandjaya dalam Pudentia, 1998: 57). Penelitian cerita-cerita Batuwangi selalu dikaitkan dengan konteks kemasyarakatan masyarakat Batuwangi. Berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian.
Pertama, metode penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data-data tentang CCB di masyarakat, perlu dilakukan penelitian langsung di lapangan. Penelitian lapangan ditempuh dengan dua cara, yaitu pengamatan terlibat (participant observation), dan wawancara (interview). Dalam pengamatan lapangan, penulis langsung berhubungan dengan masyarakat Batuwangi, terlibat dalam berbagai ritual, dan mengamati hal-hal yang diperlukan sebagai data. Pada kesempatan ini penulis melakukan pencatatan dan perekaman visual. Sementara itu, wawancara di lapangan dilakukan secara terarah, yaitu dengan persiapan daftar pertanyaan, maupun wawancara tidak terarah atau wawancara bebas dan santai memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan keterangan selengkap-lengkapnya.
Dari data yang terkumpul, penulis mengklasifikasikan data sebagai data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang digunakan sebagai objek analisis berupa CCB. Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai data tambahan atau penunjang yang berkaitan dengan analisis. Selanjutnya data tersebut diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya secara sinkronis. Maksudnya, CCB dibandingkan dan diklasifikasikan satu dengan lainnya tanpa memperhitungkan perbedaan waktu.
Proses kerja terhadap data atau teks menurut Finnegan (1992: 186) melalui tahap-tahap sebagai berikut.
a. perekaman dan pengumpulan (recording and collecting),
b. transkripsi dan menampilkan dalam bentuk tulisan (transcribing representing in writing),
c. penerjemahan (translating), dan
d. penerbitan (publication).

Kedua, metode deskriptif yang digunakan dalam analisis, terutama analisis struktur. Data yang dikumpulkan disusun, dianalisis dan ditafsirkan. Analisis struktur menempuh dua kegiatan, yaitu, pertama menggambarkan satuan-satuan, dan kedua memperhatikan dan menerangkan hubungan yang ada antara satuan-satuan (Armstrong, dalam Rusyana: 1978: 3).



3.2 Prosedur Penelitian
Untuk memberikan arahan penelitian yang sistematis, maka penelitian ini dibagi dalam tahap-tahap penelitian.
a. Tahap pengumpulan data. Peneliti mendatangi tempat penelitian di Kecamatan Banjarwangi dan Singajaya Kabupaten Garut untuk melakukan pengamatan dan mencari nara sumber. Pengamatan lapangan menghasilkan rekaman visual yang didapatkan dengan cara mencatat hal-hal penting dan pemotretan. Wawancara dilakukan secara terarah dengan pedoman wawancara, maupun wawancara terbuka.
b. Tahap pengolahan data, hasil rekaman kemudian ditranskrip ke dalam tulisan bentuk dialog. Kemudian, data yang masih menggunakan bahasa daerah (Sunda) tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
c. Analisis struktur teks, setiap cerita ditampilkan dalam bahasa aslinya (Sunda), diterjemahkan satu persatu, kemudian dianalisis setiap satuan yang meliputi latar tokoh dan alur. Hubungan antar bagian (latar tempat, waktu dan latar sosial serta tokoh). Sementara itu, alur cerita dianalisis dengan menggunakan skema aktan dan bagan fungsional. Tahap akhir analisis struktur adalah mengklasifikasikan CCB sesuai karaktristik strukturnya.
d. Analisis konteks penceritaan, konteks penceritaan meliputi lingkungan penceritaan serta situasi penceritaan. Lingkungan penceritaan, seperti dijelaskan oleh Yus Rusyana (1978: 8-12) merupakan pembahasan mengenai unsur penutur cerita, kesempatan bercerita, tujuan bercerita, dan hubungan cerita dengan lingkungannya. Selanjutnya dianalsis juga situasi penceritaan yang menggambarkan penuturan cerita di lapangan. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran mengenai apa yang diharapkan oleh pencerita dan pendengar, serta bagaimana pengaruhnya bagi kedua belah pihak.
e. Analisis fungsi sosial CCB, yaitu bagaimana CCB diperlakukan oleh masyarakatnya serta bagaimana corak hidup masyarakat berkenaan dengan pandangan hidup, larangan-larangan adat, serta hubungan masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lain di dalamnya maupun masyarakat lain di luarnya.
f. Setelah itu, menarik kesimpulan terhadap hasil analisis struktur, konteks penuturan, serta fungsi sosial sebagai jawaban dari permasalahan yang dibahas serta relevansi analisis terhadap teori yang dikemukakan.

3.3 Sumber Data
a. Wawancara dengan Aki Nana pada tanggal 19 Maret 2005. Dari wawancara ini didapatkan asihan Batuwangi, cerita Batuwangi melawan Dipati Ukur, cerita Batuwangi menikahkan putrinya. Hasil wawancara dapat dilihat dalam Transkrip Wawancara 1 (TW 1).
b. Wawancara dengan Aki Uju dan Aki Suha pada tanggal 20 Maret 2005, didapatkan asihan Batuwangi, cerita Batuwangi melawan Dipati Ukur dan cerita Batuwangi menikahkan putrinya. Hasil wawancara dapat dilihat dalam Transkrip Wawancara 2 dan Transkrip Wawancara 3 (TW 2 dan TW 3).
c. Wawancara dengan Bapak Opo, kuncen Batuwangi pada tanggal 21 Oktober 2005. Dari wawancara ini didapatkan silsilah Batuwangi, cerita Batuwangi menikahkan putrinya, cerita Batuwangi melawan Dipati Ukur, dan cerita Batuwangi dikejar musuh. Hasil wawancara dapat dilihat dalam Transkrip Wawancara 4 (TW 4).
d. Pembacaan naskah Sajarah Batara Terus Bawa pada tanggal 12 April 2006. dari pembacaan ini didapatkan silsilah Batuwangi. Rekaman ini dapat dilihat dalam Transkrip Pembacaan Naskah (TPN).
e. Wawancara dengan Bapak Sopandi (104 tahun) pada tanggal 12 April 2006. Dari wawancara ini didapatkan cerita Batuwangi melawan Dipati Ukur, dan cerita asal mula larangan memakan kepala ayam, Hasil wawancara dapat dilihat dalam Transkrip Wawancara 5 (TW 5).

No comments: