Thursday, November 29, 2007

KEBERPIHAKAN SISTEM TRANSPORTASI INDONESIA

Rangkaian kecelakaan lalu lintas baik darat, laut maupun udara yang terjadi di negara kita baru-baru ini sungguh memprihatinkan. Dalam rentang waktu kurang dari sebulan terakhir ini saja, tercatat beberapa kecelakaan yang merenggut ratusan korban jiwa. Belum tuntas pencarian bangkai Kapal Motor Senopati dan pesawat AdamAir, menyusul anjloknya rangkaian gerbong kereta Bengawan. Entah apa yang sesungguhnya menyebabkan berbagai kecelakaan tersebut, namun hal ini menunjukkan betapa buruknya sistem transportasi di Indonesia.
Apalagi bila kita menengok sedikit ke masa silam, pada tahun 2006 misalnya, menurut laporan sebuah stasiun televisi swasta tercatat 76 kecelakaan kereta api. Angka yang cukup banyak untuk jalur kereta yang sangat sedikit. Penyebab secara umum adalah kondisi rel yang sudah tua, kelebihan muatan, dan kelalaian manusia. Penyebab yang tidak mengherankan, mengingat jalur kereta yang kini beroperasi di Negara kita hampir seluruhnya merupakan “warisan” kolonial Belanda. Demikian juga dengan usia kereta yang kebanyakan sudah renta, jarang sekali didatangkan kereta baru (diimpor karena memang negara kita belum mampu membuat sendiri).
Masalah kecelakaan lalu lintas sebenarnya hanya sebagian kecil dari permasalahan kompleks sistem transportasi kita. Masih banyak permasalahan yang tak kunjung terselesaikan. Mari kita cermati beberapa masalah lainnya seperti, keadaan transportasi massa pada saat mudik lebaran, keadaan transportasi di pelosok desa dan wilayah terpencil di pulau-pulau negeri ini, kondisi jalan di berbagai daerah, pemalakan dan pungli yang kerap terjadi di terminal dan pelabuhan, dan masih banyak permasalahan lain yang mungkin sejenak terabaikan karena perhatian kita tersita oleh kejadian yang lebih menghebohkan. Masalah-masalah ini tak kunjung juga terselesaikan. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini? Sebuah pertanyaan invertif dan kita telah mafhum dengan jawabannya.
Berbagai permasalahan tersebut sekali lagi menambah catatan buruk sistem transportasi Indonesia. Sebuah nilai rapor merah yang bertolak belakang dengan pesatnya industri otomotif belakangan ini. Mobil dan motor terus diproduksi secara besar-besaran. Akibatnya tak ayal lagi kemacetan terjadi di kota-kota besar. Untuk mengantisipasi masalah ini, pemerintah mengusahakan pembangunan beberapa ruas jalan tol dan fly over baru. Sebuah usaha yang memang memberi kemudahan bagi pengguna jalan. Akan tetapi, di sisi lain, pembangunan jalan tol dan fly over ini memicu semakin banyaknya masyarakat kalangan menengah ke atas untuk memiliki kendaraan pribadi. Artinya pengguna jalan tol kebanyakan mobil pribadi yang biasanya dimiliki oleh masyarakat menengah ke atas.
Di sisi lain, transportasi massa masih menyisakan banyak pekerjaan. Setiap tahun pemerintah kewalahan mengantisipasi mudik lebaran, kecelakaan kereta masih kerap terjadi, kelebihan muatan masih dipaksakan dalam kapal, bis, dan kereta api. Akibatnya kecelakaan pun kerap terjadi. Anehnya, setelah kecelakaan terjadi tidak mudah menyimpulkan penyebab kecelakaan, cuaca buruk sering menjadi kambing hitam. Demikian juga dengan evakuasi yang terkesan lamban dan kadang-kadang diskriminatif. Kita tahu, evakuasi AdamAir lebih dahsyat dan melibatkan lebih banyak orang daripada evakuasi terhadap KM Senopati. Padahal kedua alat transportasi ini sama-sama belum ditemukan, bahkan korban KM senopati jauh lebih banyak dibanding korban AdamAir.
Mencermati keadaan transportasi massa di kota besar, kita bisa memperhatikan keadaan bus kota. Seonggok besi tua yang terus dipacu dengan beban yang berjejal. Orang-orang berdiri berdesak-desakan dengan peluh bercucuran. Knalpotnya mengepulkan asap hitam. Polusi udara tak terhindarkan, padahal pemerintah dan pencinta lingkungan menyatakan perang terhadap polusi asap kendaraan bermotor. Parahnya lagi, awak bus sempat berdemonstrasi meminta pembayaran beberapa bulan gaji mereka yang belum ditunaikan manajemen. Ada apa dengan semua ini? Jangankan memperbaiki fasilitas dan pelayanan, yang ada pun terus digerus usia dan kebobrokan manajerial.
Semua itu hanyalah contoh kecil dari banyak masalah lain dari sistem transportasi yang merundung negeri ini. Padahal pemerintah telah membentuk banyak sekali lembaga yang terkait dan berperan di dalam sistem transportasi. Pemerintah beserta lembaga-lembaga tersebut seyogyanya memperhatikan masalah-masalah pelayanan transportasi publik. Bukannya menyangsikan kinerja mereka, namun selama ini belum ada bukti nyata keberpihakan pemerintah dan lembaga terkait pada masyarakat kecil yang menggunakan alat transportasi massa. Adapun janji pemerintah untuk membangun jalur kereta baru, tak kunjung dilaksanakan. Mungkin masih dalam proses rumitnya birokrasi, atau hanya isapan jempol semata.
Sistem transportasi Indonesia belum berpihak pada rakyat kecil. Kita harus kembali bersabar, sementara kita yang sehari-hari menggunakan alat transportasi massa tidak punya jaminan keselamatan. Jangankan berharap fasilitas yang memadai, kita masih harus berhati-hati karena fasilitas yang sedang kita gunakan tidak memberi jaminan keselamatan. Kalau ingin mendapat fasilitas yang enak, kita harus membayar mahal. Itulah yang terjadi. Semoga hal ini bisa membuka mata kita semua sehingga keinginan untuk mendapatkan yang lebih baik tertanam pada semua pihak termasuk pemerintah.

* * *

1 comment:

MATTRIK said...

Untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Oleh sebab itu pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas, aman dan dengan harga terjangkau. Selain itu perlu dikembangkan pembangunan sistem transportasi nasional (Sistranas) untuk mencapai keterpaduan secara intermoda dan keterpaduan dengan sistem tata ruang nasional, pembangunan wilayah dan berkelanjutan; serta terciptanya sistem distribusi nasional, regional dan internasional yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan jaringan transportasi antara desa-kota dan daerah produksi-pemasaran serta memadai.
Selain dari pada itu, Keluar dari tradisi pemerintahan di bangsa yang kita cintai ini dimana selau saja baru bisa "bereaksi jika sudah menelan kerugian besar", Maka mengantisipasi masa peralihan dari transportasi konvensional (BBM)menuju kendaraan Non BBM, Kami menawarkan untuk mampir ke www.mattriks.blogspot.com untuk berdiskusi mengenai hal ini.
Demikian dulu ya.. thanks